Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2018

Surat Biru #4 (ShortStory)

Surat Biru  #4   “Cindai…ada yang ingin bapak sampaikan tentang ayahmu.” Pertanyaan itu seakan-akan membuat duniaku berhenti. Pertanyaan yang kutunggu selama bertahun-tahun. Pertanyaan yang hampir saja ingin membuatku meninju bapak tua di hadapanku ini karena selalu menyembunyikan kebenaran apa yang dia tau. Tetapi entahlah, kali ini aku tak begitu bergairah mendengarnya.     “Cindai enggak mau denger tentang ayah. Cindai benci ayah.” Jawabku dengan tenang. Aku bisa melihat ekspresi pak tua ini berubah. Ia terlihat sedikit khawatir.

Surat Biru #3 (ShortStory)

Surat Biru #3 Sepanjang hidupku, aku selalu berterima kasih kepada Tuhan karena Dia menciptakan pohon dan jadilah kertas. Aku tak bisa membayangkan, jika bukan surat satu-satunya alat kami berkomunikasi, dengan apa lagi kami bisa berbicara? Ibu dan aku memang orang awam yang tak memiliki telepon. Televisi, kulkas, mesin cuci akan menjadi barang asing jika berada di rumah kami. Namun, aku tidak pernah merasa kesepian. Bagiku, surat-surat ayah lah yang menjadi teman sekaligus penghiburku.

Surat Biru #2 (ShortStory)

Surat Biru#2 Aku bak seorang putri raja yang mempunyai ayah hebat dan ibu yang sangat menyayangiku.   Namun, semuanya berakhir, setelah ayah pamit untuk bekerja di luar kota. Aku masih ingat, betapa sedihnya aku berpisah dengan ayah. Saat itu umurku 7 tahun. “Kancil kecil ayah ga boleh nangis. Ayah hanya bekerja kok cuma pindah tempat lebih jauh. Nanti, dua minggu sekali ayah akan pulang. Cindai bisa tunggu ayah di ayunan. Kalo ayah tidak pulang, akan ada surat yang datang,” kalimat terakhir ayah yang bisa meyakinkanku. Sejak saat itu aku selalu menunggu ayah setiap sore di ayunan. Bahkan aku hampir tidak pernah lagi keluar rumah selain ke sekolah, pasar untuk menemani ibu dan kantor pos jika pak Salim telat mengirimkan surat.   Dua minggu pertama ayah keluar kota, ayah belum pulang. Aku tidak begitu merasa khawatir karena ayah pasti segera mengirimkan surat. Dan benar, akhir bulan aku mendapat surat   dengan amplop biru tua dengan kertas biru bergaris. Ayah memang m...

Surat Biru #1 (ShortStory)

 Surat Biru Ngek..ngekk..ngekk.. Ayunan tua berkarat itu mengayun pasrah ke depan-belakang. Seolah   percaya akan ada kesempatan waktu untuk kembali dioles oli segar oleh pembuatnya. Catnya juga sudah hampir mengelupas. Rambut panjang Cindai ikut berayun hampir tersentuh tanah.   Jam 2..jam 3…jam 4..jam 5...tigaa..empat..lima…dan besok genap enam tahun… Hei daun! Bisakah kau jelaskan mengapa ia tak ingin pulang menemuiku? Aku bertanya kepada daun kering setengah patah. Sama patahnya seperti diriku. Yang kehilangan dan merindukan satu bagian dari yang lainnya .   Katanya jika kita percaya akan sesuatu hal, kita akan mendapatkannya . Pepatah kuno yang masih kuyakini. Mataku mencari-cari kepastian di sela barisan semut rangrang yang berbaris untuk kembali pulang karena hari sudah sore. Jika sore adalah pertanda yang bekerja harus segera kembali, mengapa ia tak kembali? Lagi-lagi aku mencibir kesal.

Tuan Pemilik Lampu

by @ftrwlndr Kepada tuan pemilik lampu, Pergilah tuan, jika itu lepasmu. Tetapi jangan membawa lampu, pintaku. Biarlah ia tetap menyala Walau tanpa penjaga. Pergilah tuan, kemana pun yang kau mau Tetapi jangan membawa lampu. Biarlah ia tetap menyala. Sampai habis pada masanya. Pergilah tuan, jika itu bahagiamu. Tetapi jangan membawa lampu. Biarlah ini jadi kesalahanku Karena payah tak bisa menahanmu. Pergilah, karena menetap bukan perkara mudah. Dan bukan pula suatu keharusan. Pergilah, jangan tanya tentang lampu apalagi aku. Biar ku jaga semampuku, lampumu, bersamaku.

Lilin Kecil di Negeri Tirai Besi

pict by worldkings.org Rusia, pecahan uni soviet yang precious , mendunia dan mengakar pada guratan sejarah ini sudah tidak asing lagi disebut sebagai negara wilayah terluas di dunia. Negara yang sempat dikenal sebagai negara komunis pernah menggegerkan dunia dengan teori yang digagas oleh Karl Max dengan slogan “tanah”, “roti” dan “perdamaian”.   Uni Soviet (Rusia) lebih membumbung namanya sejak pemimpin paling otoriter di masanya yaitu Lenin dan Stalin berkuasa dengan gilanya. Kekejaman dalam kediktatorannya sama sekali tidak menghargai nyawa dan kaum perempuan. Untunglah, Rusia modern kini membuka diri dengan melepas “palu arit”nya.   Islam di Rusia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Bahkan menjadi agama kedua terbesar setelah Kristen ortodoks.  Didesa – desa kecil seperti desa Kubachi dan lainnya. Anak – anak mulai menyalakan lilin Islam, mereka mulai berfikir dan semakin menenggalamkan diri dalam islam. Mereka menyadari bahwa generasi mereka akan ...