Untuk perempuan bernama Tabita Pulanglah bukan sekadar pulang Perjalanan pulangmu kembali ke kota asal, tolong jangan asal-asalan Bawa semua pelajaran tentang kejujuran, perjuangan, dan juga penerimaan Selamat menjadi dewasa, semoga seiring semuanya dilimpahi kebajikan, disambut alam raya, diperkenankan laut semesta tak peduli harus deras, rintik, reda, lalu deras lagi Semoga sukar yang mengakar dan tak diumbar itu, mengurai satu per satu melepas dari diri diterima kasihkan, didengarkan, didoakan Kembali-lah pulang, Pulang ke timur, Sebagaimana kamu dilahirkan dan dihibur Kembali-lah pulang, Sebagaimana namamu di eja, Tabita, jadilah tangguh, bijak dan penuh cerita
Biarkan sejenak, Ingin kupandangi sekali-lagi Lebih lama, lebih dalam, lebih khidmat Dalam ketidakdewasaanku, Aku ingin mengeja namamu berkali - kali dalam segala bentuk bahasa, Membekukan setiap mili waktu, Bersyair dan memuji Aku telah menebar - melebur Berbaur bersama sonar dan binar mata itu Yang jika ditanya, apa mauku? Kumau tinggal di titik detik pertama aku melihatmu Kumau berterus-terang, terbuka, dan disaksikan para bintang dan sekutunya Bahwa aku ingin mendambamu, dengan sebaik-baiknya mendamba - Surabaya, 2024